run teks

Biarpun Buruk Begini Blogkuini Berharap Bisa Bikin Betah Berselancar Bareng Bloger Brilyan Bumiputra dan Bloger Bule

Balai Bahasa

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 27 Desember 2010

Istighosah Versus Laser

Kekalahan telak Timnas Indonesia oleh Malaysia cukup memprihatinkan. Angka 3-0 untuk kemenangan harimau Malaya,  menghentak supoter sepak bola Indonesia. Betapa tidak, Indonesia yang dielu-elukan di dalam negeri-bahkan beberapa pemainnya – sudah menjadi bintang iklan tidak bisa berkutik di kandang lawan. Teknik permainan yang bagus saat menjamu Philipina tumpul tak tampak lagi. Kenyataannya teknik bermain Malaysia lebih bagus di lapangan rumput Bukit Jalil. Quo Vadis Indonesia football? 
 Coba tengok ke belakang. Sebelum berangkat bertandang, heboh nian acara Timnas berjuluk Garuda itu. Hadir dalam acara Bakrie n family, hadir dalam istighosah bersama di ponpes Assidiqiyah
bahkan sibuk wawancara personal karena diburu oleh media intertain.Inilah awal bencana itu, bila  hal-hal professional tercampur aduk dengan hal non teknis. Indonesia keburu jumawa. Euphoria berlebihan,baik oleh pejabat,Tokoh Publik, PSSI, Timnas, Pengamat, media, dan para supporter.Logikanya bagaimana? 
 Mental adalah kuncinya. Belum menjalani final sudah dininabobokkan oleh pencintanya.Belum jadi juara sejati sudah dipolitisi. Mental pemain terbius oleh bonus-bonus. Mental andai-andai bergelayut di benak .Andai jadi juara…andai dapat bonus,,,andai  dst. Belum lagi ditarik sana sini oleh acara –acara domplengan. Praktis konsentrasi pemain terganggu tidak terfokus. Mental andai. Ngimpi, kata iklan rokok di televisi.   Apa salahnya menjanjikan bonus?Apa salahnya ngajak doa bersama - istigoshah? Tentu sah-sah saja sebagai rasa apresiasi pecinta sepak bola.Tapi coba jujur,apa iya hal itu tidak ada udang dalam rempeyek. Kalau serius sikap -tanggap hadiah bonus, gimana kalau tidak usah berlama-lama basa basinya. Gimana kalau kirim aja ke rekening pemain. Gimana kalau dak usah ngundang-ngundang paparazzi. Praktis, tujuan dapat(ngasih bonus lho bukan tujuan lain),tapi dak ngganggu waktu dan konsentrasi pemain. 
Tentang Istighosah, ya inilah yang mengagetkan. Tiba-tiba ada acara ini. Wow, sang ketua PSSI mengatakan ini adalah undangan pihak pesantren. Tumben pak yai tiba-tiba nongol di televisi jadi peduli bola. Ngundang lagi. Jauh sebelum itu, kemana  pak yai, ya? Tiba-tiba menjelang laga final ngajak mejeng di pesantren ,bertajuk doa bersama. He..he…hebat tuh pak yai. Ngak usah datang minta foto bersama,eh malah timnas yang datang. Habis dah si pegelinding bola ditarik-tarik bajunya,dicolek-colek pipinya,lengannya dansebagainya oleh ratusan santri yang berjubel, yang konon katanya ngumpul doakan timnas,padahal gelagatnya hanya ingin lihat Irfan Bachdim cs dari dekat.. Lihat tuh pak Nurdin! Gimana lamanya Timnas berlama-lama duduk baca-baca rapalan sementara pemain hanya bisa terkantuk-kantuk. Nurdin Khalid jadi kerbau dicucuk hidungnya,capeh …dehh. By the way, istighosah bukannya hal buruk hanya settingnya aja yang gak pas. Paling tidak ,ada maksud bahwa apapun yang telah dihasilkan timnas tetap dimintakan restu kepada Allah agar tetap diridoi jadi juara. Hal positif: agar tidak besar kepala. Itulah inti doa bersama.Jadi untuk apa seremonialnya dipaksakan kalau settingnya kontra produktif bagi timnas?   Laser adalah kambing hitam kekalahan Firman Utina dkk.Gara-gara laser yang ditembakkan kepada markus cs, protes bergulir menjadi jeda. Buntutnya mental pemain down. Fisik yang sudah panas jadi kendur. Semangat lesu. Begitu jeda dicabut, gawang Indonesia mulai menjaring bola,Satu, dua dan menit-menit terakhir jadi gol ketiga. Inilah bentuk nyata terror mental dari lawan sehingga konsentrasi pemain naik turun tak terkendali. Walhasil,  Timnas Indonesia jadi tertekan,permainan  apik yang dipunyai pun buyar tak terkendali. Laser hanyalah alat dan ulah supporter,targetnya ganggu mental . Laser mengatarkan Malasyia jadi pemenang. By the way, laser ataupun bentuk ulah yang bagaimanapun dari pecinta bola, kalau pemain tetap tenang, konsentrasi tidak terpancing provokasi pasti permainan mudah terkendali. Hebat untuk pengagum harimau Malaya.

2 komentar: