run teks

Biarpun Buruk Begini Blogkuini Berharap Bisa Bikin Betah Berselancar Bareng Bloger Brilyan Bumiputra dan Bloger Bule

Balai Bahasa

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 07 Februari 2011

Pake Sarung Nonkrong di Warung, Pake Sorban Jadi Beban




Ini bukan tentang Islam mulia raya,karena  Islam bukanlah sarung bukanlah sorban.Islam adalah hati yang mulia.Akhlak yang baik.Kedamaian.
Ini tentang budaya.Adat kebiasaan manusia yang berbeda-beda.Di sini ada budaya pakai  sarung pakai kopiah hitam,pakai blangkon  sudah bisa sembahyang. Nongkrong di warung,makan pete juga jadi.Tanpa beban,tanpa jaim. Di padang pasir pakai sorban,gamis dan cadar penutup cuaca panas dan dingin yang silih berganti. Naik kuda ataupun keledai , pakai sorban bisa jadi. Seorang nabi seorang majusi pakai sorban itu sudah biasa. Bahkan Abu Jahal pun pasti pakai sorban.Tak mungkin telanjang.

Tapi ketika Muhammad,orang yang membawa ruh Islam dihadirkan ke dunia Arab-yang konon telah menjadi jahiliah lagi,setelah nabi-nabi sebelumnya membawa ruh Islam,maka sorban sudah menjadi tradisi Arab.Jadilah nabi Muhammad juga pakai sorban.Apalagi setelah mendapat wahyu tentang aurat laki dan perempuan,ternyata sorban mewujudkan itu.
Tentu kita paham bahwa yang digaris bawahi adalah auratnya bukan sorban atau gamisnya. Andai saat itu di tanah Arab ,blangkon sudah menjadi adat busana Arabic,lalu sang nabi meyatakan lolos sensor maka nabipun pakai blangkon. Niscaya blangkon menjadi penutup aurat yang nyaman saat itu.
Tentang kebiasaan ini terkadang membuat manusia plong dan tidak terbeban dalam menjalankannya.Sebaliknya bila tidak terbiasa ,pada perasaan penguna ada nalar yang aneh bahkan akan membias menjadi niat yang adigung adiguna.Sikap mental yang cenderung senang tampil beda.Biar wah,biar lain dari yang lain,atau apa itu ..ya…ekslusif. Contoh, seorang jamaah yang sehari-harinya biasa berjamaah dengan pakaian baju takwa/ngoko saja. Yang lain juga demikian. Tiba-tiba saja  tanpa sebab yang pasti pakai sorban, pakai ikat kepala hitam ala Timur tengah di tengah kerumunan jamaah yang berbaju taqwa. Aneh terasa, khan?
Demikian pula, bila dipaksakan kaum laki-laki berjenggot dan berjambang lebat agar kearab-araban plus pakaian timur tengah jalan hilir mudik kesana-kesini, padahal dianya wong ndeso ,wong Indonesia yang banyak bekerja di sawah, apa kata dunia?
Nah, kanehan semacam itu bisa membuat pelakunya was-was, ini lillahi ta ala ataukah karena ingin dipuji, atau ingin tampil beda. Satu sudut kelemahan bila kita di luar kebiasaan. Bila karena Allah maka memang tanpa tendensi apa-apa. Tapi ya untuk apa beraneh-aneh kalau budaya yang biasa kita terapkan nyatanya tidak bertentangan dengan perintah menutup aurat. Lha, iya yang penting khan menutup aurat bukan karena sorban, sarung, ataupun kopiahnya. Tergantung kebiasaan mana yang kita adatkan. Orang Arab sono, kalau kita ojok-ojoki ( dipaksa-paksa) pakai sarung dan kopiah ya pasti aneh dan tak nyaman. Masak di negerinya sana- yang lain pakai sorban gamis – lha dia pakai sarung dan blangkon ? Aneh khan! Dan jelas tak nyaman untuk daerah padang pasir.
Perlu dicatat juga bahwa Islam itu bukan bangsa Arab. Wow, keliru besar…apa kata Gayus? Islam itu tidak identik dengan bangsa Arab dan Arab tidak identik dengan Islam. Adapun Nabi Muhammad bin Abdullah keturunan Arab itu ya. Tapi bukan berarti  Islam itu milik beliau dan keturunannya. Memangnya Tuhan itu bisa dimonopoli milik siapa? Coba di cek syahadat kita aja : …………….Muhammadurrasululloh.Bukan ….Muhammad bin Adullah ….!
Ya, wis-wis! Ternyata disebut  Islam itu bukan karena bangsanya, pakaiannya, jengotnya , hartanya, kerajaannya . Tapi Islam itu karena sendi hatinya bersandarkan pada keikhlasan mendudukkan Nur Allah sehingga seluruh rongga qalbunya bersemayam cahaya Allah lalu bermanifestasi kedalam sisi fisiknya yang menerima suruh dan cegahNya. Ikhlas dan Ridho.
Nah, ada dua sisi simpulannya.Pertama, batiniahnya. Ini mutlak tanpa toleransi harus berkekalan beserta dengan Allah. Agar hati tidak emosi dan ditumpangi iblis. Bukankah Allah beserta dengan orang yang sabar( tidak mendahulukan emosi). Jadi orang yang marah-marah, emosi sudah pasti Iblis penuntunnya meskipun dianya teriak Allahu akbar (apalagi sambil mentongi orang lain).  Kedua, badaniahnya. Ini mutlak ada toleransi. Gak ada air, ya tayamum. Gak bisa solat normal, ya duduk atau terbaring. Gak bisa puasa normal ya puasa tunda, bahkan fidyah. Gak sanggup naik haji ya…sudahlah…
Indah bukan….Islam itu indah ,damai  ,toleran .Islam itu (mestinya) jauh dari kesan kasar , beringas , keji serta tidak beradab. Tebarkanlah akhlaqul karimah (sopan santun,adab etika) ke seluruh semesta bila memang pengikut Muhammad SAW. Islam adalah rahmat sekalian alam. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar