Pilkada Jakarta telah usai. Hasil perhitungan cepat juga telah berakhir. Pasangan Jokowi – Ahok telah menggungguli rivalnya Foke-Nara. Manualnya, kita tungu hasil KPUDnya. Mesikpun telah berakhir , gaung Pilkada DKI masih menggema.
Salah satu yang menarik adalah menyandingkan dua mata tokoh di atas dalam sekelumit episode politik tanah air.
Gusdur -yang dikenal disabled - mampu melihat dengan mata hati peta perjalanan seorang Ahok . Hal ini tampak dari suportnya kepada Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (EYD: Basuki Cahaya Purnama, nama Tionghoa: Zhong Wan Xie / 钟万勰) (lahir di Manggar, Belitung Timur,29 Juni 1966; umur 46 tahun), atau paling dikenal dengan panggilan Hakka Ahok , untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006. Ahok pun terpilih menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur ( www.youtube.com/watch?v=vZTglpDjpzI).
Tentang ini,menurut Ahok seperti yang diungkapkan pada Kabarinews.com [7/1/2010] bahwa saat ia maju menjadi calon Gubernur Bangka Belitung tahun 2007, Gus Dur rela terbang dari Jakarta dengan pesawat sipil kelas murah untuk mendukung dirinya.
“Dia sudah seperti menjadi juru kampanye saya, tanpa saya perlu membayar. Dia bilang, ‘Ahok, maju terus jangan takut, di negeri ini jangankan jadi gubernur jadi presiden pun bisa, asal kamu mampu, kata dia waktu itu kepada saya’.”ungkap Ahok lebih lanjut.
Hidayat Nur Wahid – yang dikenal sebagai ujung tombak PKS (Partai Keadilan Sejahtera ) – dengan mata kepala ( tidak disabled ) langsung tancap gas mendukung Foke- Nara setelah tereliminasi pada putaran pertama.
Apa jadinya ? Tahu sama tahu lah (versi quick coun) bahwa mata hati lebih tajam daripada mata kepala . Ternyata mata hati mampu memandang hal-hal lebih jauh sedangkan mata kepala hanya sejauh batas mata memandang.
Memang (pada setiap manusia) ,mata hati adalah pandangan bersih dan jernih sedangkan pandangan mata kepalamengandung polusi.